Gunung Toba adalah gunung api raksasa (super volcano) yaitu
gunung aktif dalam kategori sangat besar, diperkirakan meletus terakhir sekitar
74.000 tahun lalu.
Letusan Gunung Tambora
jika dibandingkan dengan letusan maha dahsyat Gunung Toba ini, maka Gunung
Tambora tidaklah ada apa-apanya. Apalagi jika dibandingkan dengan letusan
Gunung Kratakau yang kalah jauh dengan Gunung Tambora.
Perbandingan letusan
gunung Tambora dengan gunung Toba supervolcano
Letusan gunung St.
Helen , 8 Mei 1980
Sedangkan jika
dibandingkan dengan skala gunung Tambora, letusan gunung St. Helen sangat jauh
karena gunung Tambora yang meletus tahun 1815 berskala 80, atau 80 kali lebih
besar dari letusan gunung St. Helen (1:80).
Apalagi jika letusan
gunung St. Helen dibandingkan dengan letusan gunung Toba yang terakhir, sekitar
74-75 ribu tahun lalu tersebut sangatlah drastis besaran skalanya yaitu 2800,
atau 2800 kali lebih besar dari letusan gunung St. Helen! Alias satu banding 2800
(1:2800)
Letusan Gunung Tambora adalah
letusan gunung terdahsyat yang pernah diketahui oleh peradaban
manusia (baca artikel: Misteri dan Kronologi Meletusnya Tambora, Tiga Kerajaan Lenyap
Seketika).
Dan letusan Gunung Krakatau adalah
letusan gunung terdahsyat yang pernah tercatat di era zaman
modern.
Sedangkan letusan Gunung Toba sama sekali tak tercatat di dalam buku, namun terlihat
bukti-bukti ilmiahnya dimasa kini.
Bukti ilmiah
Pada tahun 1939,
geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100
kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan
dari letusan gunung.
Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung
berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia,
bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.
Letusan supervolcano
Yellowstone yang terkenal dahsyat masih kalah dengan letusan supervolcano Toba
Beberapa ahli kelautan
pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan
Teluk Benggala.
Para peneliti awal,
Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat
sebuah letusan mahadahsyat.
Namun peneliti lain,
Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga
kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan.
Peneliti lebih baru,
Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan
perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.
Penelitian seputar
Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa
yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah
Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.
Sarjana fisika dari
Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih gelar doktor dari
Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya
mengenai Toba.
Perbandingan jarak
lontaran batu vulkanik antara letusan gunung Krakatau, Tambora dan Toba
Berada di tiga lempeng tektonik
Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di
Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang
terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik,
yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Eurasia,
yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.
Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka
bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Eurasia
yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran.
Lempeng Indo-Australia
menumbuk lempeng Eurasia sejauh 5-7 cm per tahun
Lempeng
Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Eurasia sejauh 5-7 cm
per tahun. Atau Lempeng Pasifikyang
bergeser secara relatif terhadap lempeng Eurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari
pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.
Jika ada tumbukan, lempeng lautanyang mengandung lapisan sedimen menyusup
di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksiatau penyusupan.
Gunung hasil subduksi,
salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa
kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini.
Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung
Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 ribu tahun lalu dan yang terakhir
74.000 tahun lalu.
Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x
30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya
kemudian muncul Pulau Samosir.
Letusan
Sebelumnya Gunung Toba
pernah meletus tiga kali.
§
Letusan
pertama terjadi sekitar
800 ribu tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba,
meliputi daerah Prapat dan Porsea.
§
Letusan
kedua yang memiliki
kekuatan lebih kecil, terjadi 500 ribu tahun lalu. Letusan ini membentuk
kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan
Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.
§
Letusan
ketiga 74.000 tahun
lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir
di tengahnya.
Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal
ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus
kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan
Supervolacano itu puluhan kilometer.
Terlihat pemandangan
kaldera gunung Toba yang kini bernama Danau Toba dan ditengahnya terdapat pulau
Samosir yang terbentuk karena adanya gaya up-lifting (pengangkatan). Inilah
yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Yang menarik adalah
terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu
tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa,
ketinggian dan kerelatifan yang sama.
Jika ada materi yang
lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan
gunung meletus.
Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya
tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting(pengangkatan).
Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Magma yang di bawah
itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk
meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi.
Ini terjadi dalam
kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang
terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.
Toba “Supervolcano” Lake and Samosir Island
Sedangkan nenek moyang
manusia modern, Homo sapiens, mulai muncul dan tinggal di kawasan Afrika
150.000-200.000 tahun lalu. Mereka mulai bermigrasi ke luar Afrika 70.000 tahun
lalu dan menyebar ke seluruh dunia. Pada periode yang lebih kurang sama, 74.000
tahun lalu, terjadi letusan dahsyat Gunung Toba ini.
Apabila dikaitkan
dengan letusan Toba, temuan itu juga menunjukkan bahwa nenek moyang kita
ternyata mampu bertahan dari bencana dahsyat yang berpotensi memusnahkan
kehidupan.
Skenario survival
tersebut didukung bukti dari rekam jejak DNA pada populasi di kawasan Wallacea
yang menunjukkan campuran gen dengan populasi dari kawasan Sunda Besar (yang
sekarang dikenal sebagai kawasan Asia Tenggara).
Selain itu, ada temuan
fosil dan peninggalan manusia purba di Gua Niah, Sarawak. Dari umurnya, temuan
Niah mengindikasikan bahwa manusia tidak musnah karena letusan Toba.
Para ilmuwan sangat meyakini bahwa semua supervolcano yang ada di dunia termasuk Gunung
Toba pasti akan meletus kembali. Namun tidak ada yang dapat memastikan dengan
akurat kapan meletus kembali. Yang ada hanyalah perkiraan.
Letusannya bisa saja terjadi esok hari atau ribuan tahun lagi.
Yang jelas suatu saat danau Toba yang tercipta akibat hasil dari letusan gunung
Toba pasti akan meletus kembali.
0 komentar:
Posting Komentar